Mengapa Alkohol Digunakan Untuk Mengawetkan Sampel di Laboratorium? Simak Selengkapnya
Jakarta - Jika Anda pernah mengunjungi laboratorium atau museum, akan terlihat sejumlah body organ tubuh manusia yang
diawetkan dalam wadah toples berisi cairan. Ternyata cairan tersebut
adalah alkohol dengan konsentrasi tinggi sehingga mengawetkan body organ
tersebut.
Para ilmuwan telah mengandalkannya tehnik ini sejak tahun 1600-an untuk
melestarikan spesimen atau body organ yang sedang diteliti. Jika
dilakukan dengan benar, tehnik ini dapat mempertahankan sampel selama
ratusan tahun, menurut Museum Sejarah Alam Amerika.
"Alkohol adalah racun bagi jenis mikroorganisme yang akan menyebabkan
pembusukan,"kata Expense Carroll, asisten profesor kimia di Indiana
College Bloomington, mengatakan kepada Live Scientific research.
Dia menggunakan anggur sebagai contoh, yang dibuat karena ragi memakan
gula dari anggur dan kemudian menghasilkan alkohol. Kandungan alkohol
sekitar 14% dapat membantu menunda pertumbuhan bakteri selama
bertahun-tahun.
Namun untuk mengawetkan bahan organik lain seperti DNA, jaringan tubuh,
atau sampel hewan dibutuhkan konsentrasi alkohol yang lebih tinggi, kata
Katherine Maslenikov, manajer koleksi ikan di Gallery Burke di Seattle.
Maslenikov biasanya mengandalkan alkohol ,khususnya etanol, untuk penyimpanan jangka panjang untuk beberapa
sampel jaringan untuk menganalisis DNA. Kemudian spesimen ikan direndam
dalam toples berisi alkohol 70% dan air 30%.
"Air dalam larutan akan membuat jaringan tetap terhidrasi, yang
membantu hewan atau spesimen mempertahankan bentuknya, dan alkohol untuk
mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri,"katanya.
Mungkin sulit untuk memutuskan berapa persen alkohol yang akan digunakan
karena jika terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat mempengaruhi
bentuk dan fleksibilitas sampel. Kemampuannya untuk mengawetkan sampel
dalam larutan juga akan terpengaruh.
"Semua ada ukurannya, tergantung dari apa ayang ingin dipertahankan
oleh sang peneliti, apakah jaringan tubuh atau sampel DNA-nya,"kata
Maslenikov.
Christopher Rogers, seorang profesor peneliti di Kansas Biological Study
dan Pusat Penelitian Ekologi di University of Kansas, mengatakan,
konsentrasi alkohol mungkin tidak cukup kuat untuk membunuh
mikroorganisme yang mungkin bersembunyi lebih dalam di spesimen, di suatu tempat seperti usus spesimen hewan utuh.
"Bakteri yang terlewatkan tersebut dapat menguraikan spesimen. Inilah
mengapa penting untuk mengganti alkohol sekitar 24 jam setelah
pengawetan sampel, karena itu meningkatkan konsentrasi alkohol larutan,"kata Rogers.
Komentar
Posting Komentar