Berikut Ada Beberapa Cara Untuk Mencegah Penyakit Jantung di Tengah Masa Pandemi
Jakarta - Penyakit jantung atau kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Kondisinya bisa lebih buruk selama masa pandemi Covid-19, jika masyarakat tidak sadar mencegahnya.
Secara global, kematian setiap tahunnya akibat penyakit jantung bisa mencapai 18,7 juta. Sementara, di Indonesia berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, setidaknya 15 dari 1000 orang individu di Indonesia menderita penyakit jantung atau kardiovaskular.
Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI), Esti Nurjadi mengatakan, berdasarkan data yang ada tersebut, maka prevalensi kematian akibat penyakit jantung ini sangat mengkhawatirkan. Terlebih lagi, dalam dua tahun terakhir seluruh dunia termasuk Indonesia dilanda pandemi Covid-19 yang mengakibatkan hampir seluruh pelayanan kesehatan penyakit yang ada sebelum Covid-19 justru terhambat.
Salah satunya
penanganan untuk pasien penyakit jantung Esti berkata, banyak hal yang
bisa dilakukan untuk mencegah dan menghindari dari risiko penyakit
jantung selama masa pandemi Covid-19. Berikut beberapa cara mencegah
penyakit jantung selama pandemi Covid-19.
1. Hindari faktor risiko penyakit jantung
Penyakit jantung adalah suatu penyakit yang memiliki multifaktor
penyebabnya. Sehingga, tidak bisa hanya menghindari salah satu faktor
risikonya saja. Adapun beberapa faktor risiko penyakit jantung yang
diketahui adalah sebagai berikut:
. Gaya hidup tidak sehat
. Alkohol
. Merokok
. Bergadang (tidur larut malam)
. Jarang berolahraga
. Stres
. Malas bergerak
. Kolesterol
. Hipertensi
. Diabetes mellitus
. Usia
. Faktor riwayat keluarga
. Tersumbat atau pecahnya pembuluh darah
. Kelainan jantung bawaan.
"Penyakit jantung itu multifaktor, jadi nggak bisa dihindari oleh 1
faktor aja,"kata Esti dalam Konferensi Pers Yayasan Jantung Indonesia
(YJI) Menyambut Hari Jantung Sedunia 2021, Senin (27/9/2021). Dengan
begitu, tidak bisa berpikir jika Anda sudah rutin berolahraga lantas
bisa terhindar dari risiko penyakit jantung.
Sebab, meskipun Anda rutin berolahraga tetapi panganan yang dikonsumsi
baik dari makanan ataupun minuman yang masuk ke dalam tubuh tidak sehat,
alias terlalu banyak gula, garam dan lemak (GGL), maka risiko penyakit
jantung itu tetap selalu ada. Berkaitan dengan pola hidup sehat ini,
maka cobalah untuk melakukan hal-hal berikut
. Tingkatkan daya tahan tubuh sebaik mungkin
. Makan makanan yang bergizi
. Berolahraga miniaml 150 menit per minggu
. Hindari gula, garam serta lemak berlebihan
. Mengonsumsi suplemen atau multivitamin bila diperlukan
. Periksakan kesehatan secara berkala
. Kunjungsi fasilitas kesehatan atau rumah sakit terdekat bila merasakan gejala.
2. Periksa kesehatan jantung
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Siloam Lippo Village, dr.
Vito Anggarino Damay, Mkes, SpJP( K) FIHA FICA mengatakan, salah satu
penyebab risiko penyakit jantung meningkat bagi orang Indonesia adalah
kurangnya kesadaran atau malas untuk melakukan pemeriksaan jantung.
Sehingga, tanpa diketahui kerap kali pasien jantung sudah mengalami
penyakit jantung koroner saat mengeluhkan gejala-gejala. "Padahal pemeriksaan jantung secara rutin dapat mencegah komplikasi
lebih jauh. Olahraga juga bagus untuk menjaga fungsi jantung,"tegasnya.
"Orang yang selamat dari serangan jantung bisa kena gagal jantung,
sesak nafas, cepat lelah, aktivitas fisik terhambat bahkan adanya
korslet jantung,"tambahnya. Pada fase akhir dari penyakit jantung akan
sulit sekali untuk mendapatkan perawatan.
Oleh karena itu penting untuk menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung. "Usia tidak bisa diubah, tapi gaya hidup bisa, yaitu dengan rajin bergerak, kontrol kolesterol, diabetes mellitus, hipertensi hingga menghindari asap rokok,"ujarnya.
Selain itu disarankan untuk rajin check up jantung saat di bawah usia 40
tahun dengan ekg dan treadmill test. Anda dapat melihat ada atau
tidaknya gangguan jantung atau melihat olahraga dan apa yang dimakan.
Kesadaran untuk menjaga kesehatan jantung sudah harus dilakukan sejak
usia 20 tahun. Hal ini karena hipertensi dapat terjadi pada usia muda
tanpa adanya keluhan sama sekali. Anda dapat melakukan tensi mandiri dan
pengobatan telemedicine, sehingga tidak perlu keluar masuk RS.
"Kolesterol juga bisa dikontrol, ini kan cureable dan manageable, kalo
sejak muda bisa diatasi ini bisa menjadi investasi ke masa depan,"ujarnya.
3. Pemeriksaan jantung dengan telemedika
Dalam kondisi dan keharusan menjaga jarak (social distancing) untuk
menurunkan risiko penularan Covid-19, maka penggunaan telemedika sangat
dianjurkan untuk masyarakat berkonsultasi dengan dokter tanpa harus
tatap muka. Dengan memanfaatkan tekonologi kesehatan digital ini,
diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran, pencegahan dan
perawatan penyakit jantung.
"Teknologi yang ada saat ini semakin memudahkan kita untuk bisa
mendapatkan informasi-informasi tentang kesehatan dan juga dapat
memperoleh pelayanan kesehatan dengan melakukan konsultasi secara
digital,"ujar Esti.
Hal ini ditambahkan juga oleh Ketua Bidang Komunikasi dan Promotif YJI, Mela Sabina. Menurut Mela, penyakit jantung kini bukan hanya banyak dialami oleh orang-orang di usia lanjut tetapi juga banyak menyerang usia muda.
Di jaman serba digital seperti saat ini, perkembangan teknologi di bidang kesehatan akan mempermudah siapapun dalam mendapatakan layanan kesehatan.
"Saat ini sudah semakin banyak yang mengenal wearables seperti jam atau gelang pintar dengan fitur utama mengukur frekuensi dan target berbagai jenis aktivitas fisik. Jadi, semua orang bisa mempunya pengingat kala sedang menjalani gaya hidup yang kurang baik,"ujar Mela.
Komentar
Posting Komentar